[Tanding Terjemahan] Kisah Pertama Doraemon, Bag. 1: ‘Cihuii, Ini Aku’

Semua orang tahu Doraemon: robot kucing dari abad 22 yang membantu Nobita si bocah cengeng nan nelangsa. Tapi bagaimana kisah kedatangan pertama Doraemon hadir bagi pembaca Indonesia? Mari kita bandingkan dengan versi Jepang dan Inggrisnya.

Untuk artikel perbandingan ini, versi komik yang digunakan adalah sebagai berikut:

VersiCetakan PertamaPenanggung JawabKeterangan
Indonesia Lama (IL)1991Arnida Masliza (penerjemah)Versi pertama Bahasa Indonesia
Indonesia Baru (IB)2011Arnida Masliza (penerjemah), Sari (editor)Versi Japanese Binding Bahasa Indonesia
Jepang (JP)2005JALEX (penerjemah)Versi bilingual Jepang-Inggris, diterbitkan Shogakukan English Comics
Singapura (SG)2014Rony Neo (manajer produksi)Versi Bahasa Inggris, diterbitkan Shogakukan Asia

Setiap gambar akan disusun mengikuti urutan tersebut. Perlu dicatat bahwa versi Indonesia Baru (IB) sebagian besar sama persis dengan Indonesia Lama (IL), sehingga tidak setiap gambar akan dimunculkan versi Indonesia Baru-nya karena kebanyakan tidak berbeda secara signifikan.

Oh ya, walau judulnya tendensius, sebenarnya artikel ini hanya dibuat untuk seru-seruan dan membagi pengetahuan saja, tidak ada pemenangnya. Judulnya dipilih supaya catchy. ^^;;

Selain itu, karena pengetahuan Bahasa Jepang saya yang amat sangat terbatas, saya menggunakan sumber daya yang tersedia di internet untuk membantu mengartikan Bahasa Jepang yang ada. Jika Anda mendapati adanya kesalahan, mohon infokan ke saya untuk dibenarkan.

Mari kita mulai!

Judul Bab

Inilah dia, judul dari bab pertama komik Doraemon yang menyambut pembaca saat mulai mengikuti petualangan robot menggemaskan ini:

Judul Bahasa Jepangnya adalah [未来の国からはるばると] (‘Mirai no Kuni Kara Harubaru To’), atau jika diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘(Datang) Jauh-Jauh dari Negeri Masa Depan’. Judul yang memberikan kesan futuristik dan eksotis untuk memperkenalkan Doraemon yang datang dari abad ke-22!

Indonesia Lama – Judul ini diterjemahkan secara hampir har

fiah menjadi ‘Datang dari Negeri Masa Depan‘. Kata [はるばると] (harubaru to) adalah kata keterangan/adverb yang berarti ‘dari jauh’. Namun tanpa keterangan sejenis di judul bahasa Indonesia, kesan datang dari jauh pun sudah tersirat dari kata-kata ‘negeri masa depan’, sehingga terjemahan ini sudah sangat baik, menurut saya.

Indonesia Baru – Setelah melalui proses penyuntingan (editing), judulnya berubah menjadi ‘Datang dari Masa Depan‘, tanpa kata ‘Negeri’. Walau lebih ringkas dan menyampaikan makna yang hampir sama, terjemahan lama dengan ‘Negeri Masa Depan’ berkesan lebih ‘wah’, eksotis, dan menggugah imajinasi. ‘Datang dari Masa Depan’ bisa saja berarti datang dari 10 menit atau 10 detik yang akan datang, sedangkan ‘Datang dari Negeri Masa Depan’ dapat membuat pembaca berimajinasi tentang dunia yang sudah berubah seluruhnya dengan berbagai teknologi futuristik.

Jepang – Seperti sudah dibahas sebelumnya, judul Jepangnya sangat menggugah imajinasi. Sedangkan terjemahan Bahasa Inggrisnya menjadi ‘All the way from the future’. Kebalikan dari versi Indonesia, penerjemah versi ini menghilangkan kata ‘negeri’ sekaligus menggunakan kata keterangan ‘all the way‘ (‘jauh-jauh’), sehingga tetap memberikan kesan dramatis karena menggambarkan nuansa jarak/perjalanan yang jauh.

Menariknya, di sini judulnya berupa frasa yang semuanya terbentuk dari kata keterangan, tanpa subyek, predikat, maupun obyek eksplisit. Frasa padanannya (‘Jauh-Jauh dari Masa Depan’/’Jauh dari Masa Depan’) akan terasa lebih canggung di Bahasa Indonesia.

Singapura – Judulnya sama persis dengan terjemahan Inggris di versi Jepang, namun perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan penggunaan huruf besar di versi ini, dibandingkan versi Jepang yang hanya memberikan huruf besar untuk kata pertama (‘all’).

Terdapat beberapa kaidah penggunaan huruf besar dalam judul di Bahasa Inggris. Terjemahan Doraemon edisi Singapura yang memberikan huruf besar pada semua kata (termasuk ‘from’) selain partikel ‘the’ di judul cukup umum digunakan.

Bunyi Apa?

Panel pertama yang hadir di Doraemon (selain ilustrasi judul) adalah suasana tahun baru Jepang di jalanan sekitar rumah keluarga Nobi. Untuk lebih menghidupkan suasana, ada efek suara (SFX) yang digunakan:

Ko…ng? Apakah maksudnya manggil engkong-engkong? Lalu kenapa ada elisis yang terasa ajaib sekali ada di tengah-tengah efek suara?

Sebelum kita lihat perbandingannya, mari kita tengok beberapa obyek yang menjadi penanda latar tahun baru khas Jepang di panel ini:

Ternyata di versi Jepang, efek suaranya adalah [コーン] (‘kōn’).

Tapi, bunyi apa itu?

Walau penggunaan tulisan untuk menggambarkan bunyi suara atau onomatope/tiruan suara umum digunakan di komik di seluruh dunia, penggunaan efek suara di ilustrasi dan manga Jepang telah menjadi budaya tersendiri, dengan lebih dari 1,200 suara yang dibagi menjadi berbagai kategori. Bahkan ada efek suara yang bisa menggambarkan suasana seperti hening atau kesedihan walau di dunia nyata tidak ada bunyinya.

Efek suara [じー] (‘jiii’) digunakan untuk tindakan menatap.

Jadi bunyi apakah ‘ko…ng’ itu? Ternyata masing-masing penerjemah juga memiliki interpretasi yang berbeda-beda, mari kita simak.

Indonesia Lama – Di sini, proses yang dilakukan lebih tepat disebut transliterasi atau alih aksara dibandingkan terjemahan, karena menuliskan bacaan dalam huruf katakana Bahasa Jepang menjadi huruf alfabet.

Sehingga elipsis (‘…’) yang muncul adalah alih aksara dari karakter strip panjang (‘‘) yang digunakan di Bahasa Jepang untuk memperpanjang suara dari huruf vokal sebelumnya (sehingga ‘コーン‘ bisa dibaca ‘kooon’, tapi bisa juga ditulis ‘kōn’).

Karena sekadar alih aksara, maka makna suaranya sendiri masih bisa dibilang misterius bagi pembaca Indonesia.

Indonesia Baru – Editor terbitan baru ini, Sari, mengganti efek suaranya menjadi ‘teeng’, sebuah terjemahan dan bukan lagi sekadar alih aksara. Perkiraan saya, pilihan ini timbul karena beliau menginterpretasikan ‘kōn’/’ko…ng’ sebagai bunyi lonceng. Efek suara ‘gōn’ [ゴーン] yang bunyinya dekat dengan ‘kōn’ [コーン] umum dipakai untuk melambangkan bunyi lonceng.

Salah satu budaya lain pada perayaan tahun baru di Jepang adalah membunyikan lonceng di kuil terdekat, yang bisa menjadi inspirasi pilihan terjemahan ‘teeeng’ ini.

Namun ada beberapa faktor yang membuat bunyi ‘teeeng’ (jika memang bunyi bel) ini terasa kurang tepat:

  1. Budaya membunyikan lonceng biasanya dilakukan selama malam tahun baru untuk menyambut detik-detik pergantian tahun.
  2. Rumah Nobita terletak di daerah perumahan sekitar Tokyo dan semestinya berada jauh dari kuil.
Budaya membunyikan lonceng di kuil menyambut tahun baru. (foto: Kyodo News)

Mari kita lihat terjemahan lainnya untuk membandingkan

Jepang – Terjemahan untuk versi komik bilingual ini menerjemahkan suaranya menjadi ‘k-klong‘ dan ‘k-bong‘.

Ilustrasi penerjemah versi Jepang saat mengerjakan panel ini.

Efek suara ‘bong’ umum dipakai sebagai bunyi lonceng yang besar dalam Bahasa Inggris. Tetapi memasangkan huruf ‘k’ di depan ‘bong’ menjadi ‘k-bong’ terasa sangat janggal, karena bunyi ‘k’ tidak melebur ke dalam ‘bong’.

Selain ‘k-bong’, bunyi ‘k-klong’ bagi saya juga terdengar seperti supaya menggambarkan bunyi lonceng.

Penerjemah Shogakukan English Comics memilih menerjemahkan tiga kali efek suara yang sama (‘コーン’) menjadi ‘k-klong’ dan ‘k-bong’ sekaligus, pilihan yang cukup sulit dipahami, walau secara keseluruhan saya rasa beliau juga bermaksud menggambarkan bunyi lonceng. Namun pemilihan efek suara yang ganjil ini memberikan kesan bahwa penerjemahnya bukan penutur Bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, atau mungkin ia belum familiar dengan penerjemahan komik.

Singapura – Di versi ini, efek suara yang dipakai adalah ‘clack‘, efek yang menggambarkan bunyi sesuatu yang beradu dengan permukaan keras seperti kayu (kalau diterjemahkan lagi ke Indonesia mungkin menjadi ‘klak’ atau ‘ctak’).

Penerjemahnya melihat gambar kok (‘hane’/’羽’) yang dominan di panel tersebut (juga dilengkapi dengan garis efek untuk menggambarkan gerakan) dan menginterpretasikan ‘コーン’ sebagai bunyi kok yang sedang dimainkan dengan dipukul menggunakan papan raket (‘hagoita’/’羽子板’).

Karena kok untuk permainan hanetsuki umumnya dibuat dari biji pohon mukoroji yang keras, sedangkan papannya dibuat dari kayu, menurut saya cukup masuk akal jika permainan hanetsuki digambarkan dengan bunyi ‘clack’.

Selain itu, karena hanetsuki juga nanti menjadi bagian dari cerita ini, saya rasa interpretasi ini bisa jadi interpretasi yang paling mendekati maksud Fujiko F. Fujio.

Oh ya, dapat dilihat bahwa versi ini juga mewarnai ulang bulu di kok dan warna atap rumah menjadi putih. Entah supaya lebih mudah dilihat atau supaya hemat ongkos cetak. :p

Nobita: Sobat Santai

Pertama kali kita melihat Nobita, dia sedang tidur-tiduran sambil makan mochi dan baca komik. Betul-betul panutan. #goals

Tiba-tiba dia mendengar suara misterius dari dalam laci. Kalau di versi Indonesia, suaranya seperti om-om kebanyakan ngerokok dan makan duren nggak pake dikupas.

Sebenarnya sebagian besar dialog di halaman ini diterjemahkan secara cukup mirip oleh semua versi, namun dialog di panel kedua menjadi sangat berbeda di Indonesia dan menarik untuk dibahas.

Di versi Jepang, suara itu mengatakan [いやあ、ろくなことがないね] (‘iyaa, rokuna koto ga nai ne’), yang kurang lebih artinya ‘Tidak, tidak ada hal baik yang akan terjadi’. Ini adalah dialog pertama yang diucapkan Doraemon.

Dialog ini juga merupakan balasan langsung ke lamunan Nobita soal tahun yang dia rasa akan menjadi tahun keberuntungannya. ‘いやあ’/’iyaa’ artinya tidak, sedangkan ‘ろくなことがない’/’rokuna koto ga nai’ merupakan frasa yang umumnya dipakai dalam percakapan untuk menggambarkan ketidakberuntungan.

Indonesia Lama – Kalimat ini diterjemahkan sebagai ‘hm, semoga nasibku mujur’. Dari konteksnya, kalimat ini seakan-akan disebutkan oleh Nobita walau sebenarnya ujung balon dialognya mengarah ke kanan (di luar panel), yang berarti pembicaranya belum terlihat siapa.

Di sini makna terjemahannya menjadi terbalik dari makna aslinya.

Nobita mujur mendapat hadiah menarik sebagai nasabah baru.

Istilah ‘ろくなこと’/’rokuna koto’ sendiri memang memiliki terjemahan harfiah ‘hal baik/memuaskan’, namun biasanya dipakai dalam kalimat dengan diikuti perubah negatif (dalam kasus ini, ‘ない’/’nai’), sehingga artinya justru menjadi ‘tidak ada hal baik’, atau singkatnya, ‘sial’.

Mungkin penerjemahnya terlewat bagian perubah negatifnya sehingga membaca dan menerjemahkan bagian pertamanya saja sebagai ‘mujur’.

Ketidaktepatan penerjemahan ini juga menjadikan alurnya janggal, karena di panel berikutnya Nobita terbangun karena heran dengan suara yang muncul. Selain itu, dialog berikutnya ’30 menit lagi, Nobita akan gantung diri’ menjadi muncul dadakan tanpa tedeng aling-aling.

Indonesia Baru – Di halaman kedua komik ini, kita bisa melihat bahwa kebanyakan terjemahan asli oleh Arnida Masliza tidak diubah banyak oleh editor (dan memang bukan penerjemahan ulang).

Ketidaktepatan kalimat Doraemon masih sama. Namun dapat dilihat juga bahwa cetakan edisi Japanese Binding ini melakukan typesetting (penataan letak kalimat) ulang, seperti di kalimat ‘Tahun ini sepertinya tahun keberuntungan’ yang lebih nyaman dibaca karena pemenggalan kalimatnya di versi baru. Selain itu, cetakan lama menggunakan efek tebal/bold di huruf pertama setiap kalimat, sedangkan cetakan baru tidak.

Jepang – Mulai dari halaman ini pula kita dapat melihat perbedaan yang lebih kentara di antara versi bilingual Jepang-Inggris oleh Shogakukan English Comics dan versi Inggris oleh Shogakukan Asia.

Terjemahan yang digunakan di sini semuanya tepat, namun sangat harfiah, sehingga kadang terasa kaku dan tidak terasa seperti dialog yang natural. Akan tetapi, patut diingat bahwa terjemahan ini dimaksudkan untuk media belajar Bahasa Inggris (bagi penutur Bahasa Jepang) dan sebaliknya, sehingga akurasi terjemahan per kalimat menjadi pertimbangan yang besar bagi penerjemahnya.

Oh ya, versi ini juga satu-satunya yang menggunakan tulisan tipe serif (dengan garis-garis di akhir huruf, seperti Times New Roman) di antara 4 versi terbitan yang kita tinjau.

Singapura – Bahasa Inggris yang digunakan langsung kentara bedanya. Dialog yang diucapkan Nobita lebih kasual dan natural sebagai bahasa sehari-hari tanpa mengubah maupun menghilangkan makna aslinya.

Patut dicatat pula bahwa nama Nobita Nobi di sini diterjemahkan menjadi nama panggilan Noby Nobi (walaupun nama lengkapnya tetap Nobita Nobi, sebagaimana disebutkan di bab lain). Doraemon juga langsung menyebutkan nama Nobita di dialog pertamanya sambil membantah kata-kata Nobita sebelumnya, membuat reaksi heran Nobita lebih kentara.

Terlebih lagi, penerjemahnya juga mempertimbangkan bahwa komik Doraemon versi ini ditujukan pada pembaca usia muda. Kalimat ‘gantung diri’ dan ‘hang himself’ yang digunakan di versi lain diganti menjadi ‘hanging by a thread‘ (yang walau mengandung kata ‘hang’/’gantung’ juga merupakan kiasan untuk ‘berada dalam keadaan genting’) sehingga menjadi tidak seseram versi lainnya.

Grasak Grusuk

Nobita pun menyadari bahwa suara om senang tersebut berasal dari laci mejanya. Ia melihat ke sana dan mendengar bunyi-bunyian lain dari dalamnya.

Indonesia Lama – ‘Nguing…nguing…nguing…‘, bunyi yang dipakai sangat berbeda dari versi Jepang dan Singapura, malah seperti bunyi ambulans. Mungkin dimaksudkan sebagai bunyi mesin waktu?

Dari sini dan ‘ko…ng’ di halaman sebelumnya, sepertinya terjemahan efek suara menjadi tantangan tersendiri bagi sang penerjemah.

Indonesia Baru – Sama seperti Indonesia Lama.

Jepang – Bunyi aslinya adalah [ゴト] (‘goto’) dan [ガタ] (‘gata’), menggambarkan bunyi sesuatu yang bergeretak. Dalam Bahasa Inggrisnya diterjemahkan menjadi ‘klam klatta klam‘ yang nuasanya cukup menggambarkan gemeretak, namun juga terkesan janggal dan tidak pernah saya temui sebelumnya.

Dan bagi anak-anak yang belajar Bahasa Inggris dari buku ini mungkin akan membuat orang lain bingung jika mereka belajar menggunakan ‘klam klatta klam’ untuk bunyi gemeretak. Malah kayak nama judul film India.

Akibat bersikukuh bahwa bunyi meja goyang-goyang adalah ‘klam klatta klam’.

Singapura – Bunyi gemeretaknya diterjemahkan sebagai ‘clatter clatter‘.

Clatter memang digunakan untuk bunyi gemeretak atau barang-barang berjatuhan, menjadikannya terjemahan yang paling mendekati maksud aslinya sekaligus terdengar natural bagi bahasa pembacanya.

Cihuii, Ini Doraemon!

Setelah Nobita memandangi meja yang berbunyi ‘nguing nguing’, ‘klam klatta klam’, dan ‘clatter’ sekaligus, muncullah Doraemon dari dalam laci!

Asik, si tambun muncul! Desain Doraemon awal jadi aneh dan lucu banget kalau dibandingin yang sekarang, haha.

Pertama, mari kita lihat dialognya dalam Bahasa Jepang:

Doraemon: [ぼくだけど] (‘Boku dakedo’) – Artinya ‘ini aku‘ dengan bahasa kasual/santai.

Doraemon: [気にさわったかしら] (‘Ki ni sawatta kashira?’) – Ungkapan yang artinya kurang lebih ‘kamu sebal ya?’

Nobita: [ワッ] (‘Wa!’) – Seruan kaget.

Ungkapan yang cukup menarik di sini adalah [気に障る] (‘Ki ni sawaru’, bentuk dasar dari ‘Ki ni sawatta’), yakni ungkapan/idiom yang berarti ‘mengganggu’ atau ‘membuat sebal’.

Indonesia Lama – Terjemahan yang cukup baik, kata-kata pertama Doraemon menjadi ‘Cihuii, ini aku‘, yang juga memiliki nuansa santai, namun lebih penuh semangat dan agak jahil. Hanya saja penggunaan ‘cihuii’ agak kurang pas untuk perkenalan, karena lebih memberikan kesan seseorang yang sedang berasik-asik.

Kalimat ‘Marah ya!!‘ sebenarnya lebih tepat jika menggunakan kata ‘sebal’ atau ‘kesal’ dalam konteks ini, tetapi kalaupun tetap mau menggunakan ‘marah’, setidaknya tanda bacanya sebaiknya menggunakan tanda tanya (‘Marah ya?’) karena bukan merupakan kalimat perintah.

Sedangkan kagetnya Nobita, ‘Wa!‘, lebih merupakan alih aksara dari teriakan aslinya dibandingkan terjemahan.

Indonesia Baru – Kali ini editornya melakukan pekerjaan yang baik dan rapi, meningkatkan kualitas dari terjemahan yang sudah ada (dan terjemahannya pun sudah cukup tepat!).

‘Cihuii’ diganti dengan ‘yuhuy‘, sama-sama kata seruan ‘gaul’, tetapi dengan nuansa yang lebih pas untuk menyapa seseorang. ‘Marah ya!?‘ pun sudah lengkap dengan tanda tanya yang mengubahnya dari kalimat teriakan/perintah menjadi pertanyaan dan seruan.

Terakhir, kagetnya Nobita menjadi ‘uwaaa‘ yang lebih umum didengar. Oh ya, teriakannya juga menggunakan font yang berbeda untuk membedakannya dengan kalimat biasa (bandingkan dengan terjemahan lama yang hanya memperbesar font).

Jepang – Seperti sebelumnya, terjemahan yang dipakai sangat formal dan gamblang, walau tepat.

Perhatikan juga bahwa untuk efek suara, terjemahan ditulis di luar panel dan efek suara dalam panel dibiarkan dalam Bahasa Jepang. Efek suara di Doraemon banyak yang ditulis tangan, sehingga menggantinya dengan tulisan Inggris akan memerlukan upaya yang lebih dan bisa mengubah komposisi balon/panel.

Kali ini pula, pemilihan efek suara terasa kurang tepat. ‘Wah!’ dalam Bahasa Inggris lebih umum digunakan sebagai bunyi bayi menangis dibandingkan teriakan kaget (yang sering kali digambarkan dengan ‘whoa!’).

Singapura – Terjemahan yang lebih santai dan mengalir. Dialog pertama Doraemon menjadi ‘Yes there is.‘ karena menyambung perkataan Nobita di halaman sebelumnya: ‘I’m getting freaked out. …Nobody’s here.’

Walau kalimatnya berubah, tapi tujuan memperkenalkan Doraemon secara agak mengagetkan dan sok asik tetap tercapai. Gaya bicara Doraemon yang lebih kasual juga disampaikan melalui kalimat berikutnya: ‘Did I scare ya?‘ yang menggunakan bentuk informal ‘ya’ sebagai pengganti ‘you’.

Teriakan Nobita juga diterjemahkan ‘whoa!’ yang lebih tepat guna. Bahkan efek suaranya digambar manual agar sesuai dengan kebutuhan cerita dan artistik!

Penutup (Sementara)

Terima kasih sudah membaca sampai sini! Tadinya saya merencanakan artikel ini untuk membahas keseluruhan bab 1 dari Doraemon, tapi tidak terasa bahasannya sudah cukup panjang. Maka artikel ini akan dilanjutkan ke bagian 2 dan seterusnya yang akan hadir segera!

Jika ada kesan, komentar, ralat, kritik, atau saran silakan hubungi saya melalui komentar di artikel ini ataupun email ke rakaputrapaputungan@yahoo.com. Terima kasih!

Pembaca yang menyadari mereka baru saja membaca hampir 2,500 kata tentang 5 panel Doraemon.

Published by Raka

Writer.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started